Judul : Penerima TV Warna
link : Penerima TV Warna
Penerima TV Warna
Sebelum membahas lebih jauh tentang TV berwarna, coba kita pikirkan bagaimana mungkin sebuah radio bisa kita dengar siarannya atau sebuah TV bisa kita lihat dan dengar siarannya?
Ini adalah yang disebut telekomunikasi (komunikasi jarak jauh). Komunikasi satu arah ini dapat terjadi karena ada pemancar dan penerimanya, dan masing-masing mempunyai syarat yang harus dipenuhi agar terjadi komunikasi tersebut. Persyaratannya adalah: informasi yang dikirim berupa suara (pada radio) atau suara dan gambar (pada TV) dibawa oleh sinyal pembawa, yang kita kenal dengan modulasi (rangkaiannya disebut modulator) pada frekuensi tertentu. Pada radio ada dua cara memodulasi, yaitu: AM (amplitudo modulation) dan FM (Frequency Modulation), sedangkan pada TV dengan sistem FM. Frekuensi modulasi ini adalah yang menjadikan kita dapat menangkap siaran suatu stasiun radio ataupun stasiun TV. Saat kita mencari gelombang frekuensi suatu siaran, itu artinya kita sedang menyamakan frekuensi penerima kita dengan frekuensi pemancarnya. Jadi walaupun banyak siaran radio dan TV dimana-mana, yang tertangkap oleh antena radio/TV penerima di rumah, tetapi yang dapat kita dengar atau kita lihat hanya satu stasiun pemancar saja (pada frekuensi tertentu). Kalau kita hendak mendengarkan atau melihat stasiun pemancar yang lain, maka kita harus mencari dengan cara merubah frekuensi penerima kita (di tuning) yang disesuaikan dengan frekuensi dari pemancar yang kita cari. Inilah proses telekomunikasi satu arah saja, yang satu memancarkan saja, sedangkan yang lainnya menerima saja.
Televisi adalah sebuah alat penangkap siaran bergambar. Kata televisi berasal dari kata tele dan vision, yang mempunyai arti masing-masing jauh (tele) dan tampak (vision). Jadi televisi berarti tampak atau dapat melihat dari jarak jauh. Penemuan televisi disejajarkan dengan penemuan roda, karena penemuan ini mampu mengubah peradaban dunia. Di Indonesia televisi secara tidak formal disebut dengan TV, tivi, atau teve. Awal dari televisi tentu tidak bisa dipisahkan dari penemuan dasar, yaitu hukum gelombang elektromagnetik yang ditemukan oleh Joseph Henry dan Michael Faraday (1831) yang merupakan awal dari era komunikasi elektronik. Kemudian berturut-turut ditemukan tabung sinar katoda (CRT), sistem televisi hitam putih, dan sistem televisi berwarna. Tentunya perkembangan ilmu ini akan terus maju apalagi dengan ditemukannya LCD, yang membuat TV dizaman ini semakin tipis dengan hasil gambar yang tidak kalah bagusnya dengan TV tabung.
Jadi dizaman ini kita harus tahu betul tentang TV, karena hampir semua rumah tangga mempunyai TV, baik yang hitam putih maupun yang berwarna.
Siapkah kita untuk mempelajarinya?
Televisi (TV) yang kita kenal terdiri dari dua jenis, yaitu:
a. Televisi hitam putih (gambar 6.67)
b. Televisi berwarna (gambar 6.68)
Pada televisi hitam putih tidak dapat dilihat gambar sesuai dengan warna aslinya. Apapun yang terlihat dilayar kaca hanya tampak warna hitam dan putih. Hal ini sangat berbeda dengan televisi berwarna, yakni warna gambar yang tampil di layar akan terlihat menyerupai aslinya.
Gambar yang kita lihat di layar televisi adalah hasil produksi dari sebuah kamera.
Objek gambar yang ditangkap lensa kamera (gambar 6.69) akan dipisahkan berdasarkan tiga warna dasar, yaitu: merah (R= red), hijau (G=green), dan biru (B=blue).
Hasil tersebut akan dipancarkan oleh pemancar televisi. Pemancar TV berwarna memancarkan sinyal-sinyal:
- Audio (bunyi)
- Luminansi (kecerahan gambar)
- Krominansi (warna)
- Sinkronisasi vertikal/horizontal
- Burst
Y = +0.30R +0.59G +0.11B
V = 0,877 (R-Y)
U = 0,493 (B-Y)
Selain gambar, pemancar televisi juga membawa sinyal suara yang ditransmisikan bersama sinyal gambar dalam modulasi frekuensi (FM) untuk menghindari derau (noise) dan interferensi. Sistem pemancar televisi yang kita kenal diantaranya: NTSC, PAL, SECAM, dan PAL B. NTSC (National Television System Committee) digunakan di Amerika Serikat, sistem PAL (Phases Alternating Line) digunakan di Inggris, sistem SECAM (Sequen tial Coleura’Memorie) digunakan di Prancis. Sementara itu, Indonesia sendiri menggunakan sistem PAL B.
Hal yang membedakan sistem tersebut adalah: format gambar, jarak frekuensi pembawa, dan pembawa suara.
Prinsip kerja televisi berwarna
Blok diagram sebuah TV berwarna secara lengkap adalah:Gambar 6.72 menunjukkan diagram blok TV berwarna, sebagai berikut:
Secara garis besar blok tersebut memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut:
- a. Rangkaian Penala (Tuner):
Contohnya dapat dilihat pada gambar 6.73. Rangkaian penala berfungsi untuk menerima sinyal masuk (gelombang TV) dari antena, dan mengubahnya menjadi sinyal frekuensi IF.
Tuner mempunyai tiga bagian utama sebagai berikut:- RF Amplifier:
Berfungsi untuk memperkuat sinyal yang diterima antena. - Lokal Osilator:
Berfungsi untuk membangkitkan sinyal frekuensi tinggi. Besar frekuensi osilator dibuat selalu lebih besar dibandingkan frekuensi RF yang diterima antena. - Mixer:
Oleh mixer sinyal RF dan sinyal osilator dicampur, sehingga menghasilkan frekuensi menengah atau IF. PAL tuner umumnya mempunyai frekuensi IF 38,9MHz, tetapi ada yang mempunyai frekuensi 38MHz, sedangkan NTSC tuner mempunyai frekuensi IF 42,75MHz.
- RF Amplifier:
- b. Penguat IF (Intermediate Frequency):
Rangkaian ini (gambar 6.74) berfungsi sebagai penguat sinyal output yang dihasilkan Tuner hingga 1.000 kali, karena output Tuner merupakan sinyal yang lemah dan sangat tergantung pada jarak pemancar, posisi penerima, dan bentang alam. Rangkaian ini juga berguna untuk membuang gelombang lain yang tidak dibutuhkan dan meredam interferensi pelayangan gelombang pembawa suara yang mengganggu gambar. - c. Rangkaian Detektor Video:
Rangkaian ini berfungsi sebagai pendeteksi sinyal video komposit yang keluar dari penguat IF gambar. Selain itu, rangkaian ini berfungsi pula sebagai peredam seluruh sinyal yang mengganggu, karena apabila ada sinyal lain yang masuk akan mengakibatkan buruknya kualitas gambar. Salah satu sinyal yang diredam adalah sinyal suara. - d. Rangkaian Penguat Video:
Rangkaian ini berfungsi sebagai penguat sinyal luminan yang berasal dari detektor video, sehingga dapat menjalankan layar kaca atau CRT (catode ray tube}. Di dalam rangkaian penguat video terdapat pula rangkaian ABL (automatic brightnees level) atau pengatur kuat cahaya otomatis yang berfungsi untuk melindungi rangkaian tegangan tinggi dari tegangan muatan lebih yang disebabkan oleh kuat cahaya pada layar kaca. - e.Rangkaian AGC (Automatic Gain Control):
Rangkaian AGC (gambar 6.75/76) berfungsi untuk mengatur penguatan input secara otomatis. Rangkaian ini akan menstabilkan sendiri input sinyal televisi yang berubah-ubah, sehingga output yang dihasilkannya menjadi konstan. - f. Rangkaian Penstabil Penerima Gelombang TV:
Rangkaian penstabil penerima gelombang TV di antaranya adalah AGC dan AFT. AGC (automatic gain control) akan menguatkan sinyal jika sinyal yang diterima terlalu lemah. Sebaliknya, jika sinyal yang diterima terlalu besar, AGC dengan sendirinya akan memperkecil sinyal. Sementara itu, AFT (automatic fine tuning) atau penala halus secara otomatis akan mengatur frekuensi pembawa gambar dari penguat IF secara otomatis. - g. Rangkaian Defleksi Sinkronisasi:
Rangkaian ini terdiri dari empat blok, yaitu (gambar 6.77):- Rangkaian sinkronisasi,
- Rangkaian defleksi vertikal,
- Rangkaian defleksi horizontal,
- Rangkaian pembangkit tegangan tinggi.
- h. Rangkaian Suara (Audio):
Suara yang kita dengar adalah hasil kerja dari rangkaian ini (gambar 6.78), sinyal pembawa IF suara akan dideteksi oleh modulator frekuensi (FM). Sebelumnya, sinyal ini dipisahkan dari sinyal pembawa gambar. - i. Rangkaian Catu Daya (Power Supply):
Rangkaian ini berfungsi untuk mengubah tegangan AC menjadi DC, yang selanjut nya didistribusikan ke seluruh rangkaian. Pada gambar 6.79, rangkaian catu daya dibatasi oleh garis putih pada PCB dan daerah di dalam kotak merah. Daerah di dalam garis putih adalah rangkaian input yang merupakan daerah tegangan tinggi (live area). Sementara itu, daerah di dalam kotak merah adalah output catu daya yang selanjutnya mendistribusikan tegangan DC ke seluruh rangkaian TV. - j. Defleksi Horisontal dan Tegangan Tinggi:
Rangkaian defleksi horisontal (gambar 6.80) berfungsi untuk menyediakan arus gigi gergaji untuk diumpankan ke kumparan defleksi yoke, sehingga sinar elektron pada CRT dapat melakukan scaning pada arah horisontal dengan benar. Selain itu rangkaian horisontal juga dimanfaatkan sebagai pembangkit tegangan tinggi (High Voltage) untuk anode CRT, serta untuk pembangkit beberapa macam tegangan menengah dan tegangan rendah lainnya.
Bagian-bagian dari rangkaian horisontal meliputi:- Osilator Horisontal:
Sebagai pembangkit pulsa frekuensi horisontal. Pada sistem CCIR frekuensi horisontalnya adalah 15.625 Hz, dan pada sistem FCC frekuensi horisontalnya adalah 16.750Hz. - Horisontal Driver:
Horisontal driver dipakai untuk memperkuat frekuensi horisontal dari osilator guna menyediakan arus yang cukup untuk mendriver transistor horisontal output (HOT), sehingga transistor HOT berlaku sebagai saklar. - Horisontal Output (HOT):
Bagian horisontal output berfungsi untuk menyediakan power arus gigi gergaji untuk diumpankan ke kumparan defleksi horisontal. Dari transistor HOT kemudian dikopel secara kapasitip ke kumparan defleksi yoke. Pada umumnya transistor HOT TV berwarna mendapat tegangan DC sekitar 110 V.
Trafo plyback (FBT, HVT) dipasang pada bagian HOT, dengan memanfaatkan arus gigi gergaji saat horisontal retrace yang dapat menginduksikan tegangan sangat tinggi. - Horisontal AFC (Automatic Frequency Control):
Gambar pada pesawat TV harus sinkron dengan gambar dari pemancar TV, oleh karena itu diperlukan sinkronisasi horisontal dan vertikal. Rangkaian High Pass Filter (HPF) dipakai untuk memisahkan sinyal sinkronisasi horisontal dan rangkaian ini mudah sekali dipengaruhi oleh noise, maka osilator horisontal selalu dilengkapi dengan rangkaian AFC, yang berfungsi untuk menjaga agar frekuensi dan phase sinyal horisontal scanning selalu stabil. Pada bagian AFC terkadang dipasang VR pengatur phasa yang berfungsi untuk mengatur posisi horisontal center.
- Osilator Horisontal:
Fungsi setiap blok dari gambar 6.81 adalah:
- Colour Amp: Suatu penguat krominan yang menguatkan sinyal nada warna (sekitar 4,43 MHz) dengan bandwidth 2 MHz. Didalamnya mengandung sinyal (termodulasi) selisih warna yang telah dilemahkan (V dan U), juga terdapat sinyal ledakan (burst sinyal) dengan denyut sinkronisasi horisontal.
- Colour splitter (pembelah warna): memisahkan sinyal V dengan sinyal U, dimana signal V diputar 180º, sedangkan sinyal U tidak diputar. Pada blok ini terdapat garis-garis NTSC dan PAL, dan beberapa perlawanan.
- Demudulator-V dan Demodulator-U: untuk mendeteksi sinyal V dan sinyal U. Bagian ini menerima gelombang pembawa warna dan sinyal secara bersamaan dan harus benar-benar sefasa baik sinyal V maupun sinyal U. Jika yang diterima sinyal NTSC maka gelombang pembawa yang dimasukkan ke-demodulator V harus dimasukkan dalam fasa 90°, sedangkan untuk sinyal PAL gelombang pembawa yang dimasukkan dalam fasa 270°. Jikalau fasa-fasa dari sinyal itu benar, maka sinyal-sinyal ini akan dikuatkan melalui bagian ini dan penguatan untuk kedua sinyal ini tidak sama.
- Saklar PAL: selama sinyal NTSC yang masuk, maka saklar PAL melewatkan sinyal yang berasal dari osilator kristal tanpa disertai pergeseran fasa. Sedangkan saat ada sinyal PAL, maka pelewatan sinyal disertai dengan pergeseran fasa 180° hingga menjadi 270°.
- FF (Flip-Flop): saklar PAL didrive dari suatu Flip-Flop atau bistable-multivibrator. Flip-Flop ini dikemudikan dengan sinyal clock yang disebut sinyal identifikasi yang berasal dari diskriminator fasa yang kemudian dikuatkan oleh suatu penguat. Dalam sinyal ledakan, setiap pergantian sinyal garis satu ke sinyal garis berikutnya selalu berubah-ubah dasanya, karena diskriminator fasapun mengeluarkan suatu tegangan bolak-balik. Selama sinyal NTSC tegangannya positip, dan selama sinyal PAL tegangannya negatif. Dengan menggunakan sinyal clock positip, naka FF dibawa kekondisi yang sedemikian hingga saklar PAL selama sinyal-sinyal PAL memutar sinyal sejauh 180°. Pada saat sinyal NTSC masuk, maka penguat akhir horisontal mengirimkan clock yang membuat FF ke-kondisi stabil yang lain. Maka sekarang saklar PAL berada dalam kondisi yang tidak memutarkan fasanya sinyal.
- BURST Amp: Penguatan sinyal ledakan mengandung sinyal ledakan, sinyal krominansi, dan pulsa dari penguat akhir horisontal. Penguat dapat menguatkan hanya pada saat-saat pulsa horisontal masuk ke penguat. Sinyal ledakanpun dimasukkan selama penguat itu sedang menguatkan, sehingga menghasilkan tegangan output untuk mengontrol BURST-Amp melewati ACC, dan mematikan warna lewat CK.
- Colour Killer (CK): Untuk menin das penguat warna apabila signal selisih warna/krominan karena sedang menerima siaran hitam putih (azas kontabilitas). Penindasan warna ini perlu, agar pada waktu penerimaan hitam putih bagian warna tak menguatkan sinyal-sinyal desah yang akan dapat muncul di layar gambar. Namun demikian, apabila ada signal nada warna yang dikirimkan ke penguat oleh ledakan, akan dihasilkan tegangan kontrol, sehingga colour killer tidak bekerja (colour killer akan bekerja apabila tidak ada signal BURST yang dikirimkan).
- ACC (Automatic Colour Control): Blok ini bekerjanya sama dengan AGC, yaitu mengontrol penguatan secara otomatis (apabila sinyal ledakan naik yang disebabkan oleh naiknya penguatan colour killer, maka BURST Amp menghasilkan tegangan ACC yang merupakan tegangan kemudi yang dikirimkan ke colour amp).
- Demodulator (V dan U): Untuk memisahkan selisih warna dari SPW-nya yang dibuat dirangkaian ini. Disini harus dibuatkan SPW sebesar 4.43 MHz dari kristal demodulator yang phasanya sama dengan yang dikirimkan (selama diterima garis NTSC, SPW digeser 90º sedangkan selama diterima garis PAL SPW harus digeser 270º). Hasil demodulator yang masih merupakan signal V dan signal U dikuatkan kembali hingga berubah lagi menjadi selisih warna R-Y dan B-Y (merupakan proses kebalikan dari pemancar).
- AFPC (Automatic Frequency and Phase Control): berfungsi agar phasa dan frekuensi dari SPW persis dengan yang dikirimkan (meskipun ditindas), maka harus diadakan pengontrolan terutama tegangan VCO-nya.
Pelacakan Kerusakan TV Berwarna
Teknik termudah dan cukup dapat diandalkan untuk melacak kerusakan sebuah TV berwarna adalah menggunakan Teknik Gejala-Fungsi (symptom-function), karena dapat dilihat dengan jelas gejala kerusakan gambar yang terjadi pada layar/CRT maupun gejala kerusakan suara pada speaker.Sebagai contohnya: asumsikan bahwa video (penerimaan gambar TV) drive transistor adalah rusak. Ini berarti itu akan tidak ada gambar pada CRT. Apakah ini juga berarti bahwa akan tidak ada raster? tentu tidak, karena raster diproduksi oleh rangkaian defleksi vertikal dan horisontal serta memerlukan adanya tegangan tinggi, dimana ini didapatkan dari output horisontal trafo. Jadi CRT akan menyala tetapi akan terlihat sebuah layar kosong. Apakah audio mempunyai efek? tentu tidak, Karena sinyal audio mulai keluar sebelum rangkaian drive video. Untuk menyimpulkan lalu membenarkan bahwa ini tidak ada gambar pada CRT, tetapi ada suara dan raster, hal yang sudah pasti untuk mencurigai salah satunya, yaitu: drive video atau video output stage.
Di bawah ini akan diberikan tabel bermacam-macam gejala kerusakan sebuah TV berwarna, dan perkiraan fungsi rangkaian mana yang menyebabkan kerusakan itu terjadi.
Gejala yang terjadi, dan fungsi rangkaian yang rusak
- TV mati total (lampu indikator tidak menyala).
- Rangkaian catu daya. Rangkaian regulator input sampai output.
Perhatikan gambar 6.82 rangkaian regulator pada PCB TV. Pada umumnya catu daya pesawat televisi mempunyai output tegangan sebesar 115v, 24v, 12v, dan 5v.
- Rangkaian catu daya. Rangkaian regulator input sampai output.
- TV dan lampu indikator mati total serta terdengar suara derit getaran trafo switching.
- Rangakian horisontal (gambar 6.83), biasanya yang mudah rusak adalah trafo flyback, transistor horisontal dan kapasitornya.
- Lampu indikator hidup tapi TV tidak bisa dioperasikan.
- Rangkaian horizontal.
- Rangkaian regulator, biasanya dioda pembatas tegangan rusak.
- Tidak ada raster tapi suara normal (layar tetap gelap).
- Rangkaian penguat video, rangkaian penguat cahaya, rangkaian tegangan tinggi (gambar 6.84), atau CRT (gambar 6.85).
- Raster satu garis horizontal.
- Rangkaian vertikal dan osilatornya.
- Rangkaian defleksi vertikal.
- Garis strip-strip hitam pada layer yang tidak dapat hilang.
- Rangkaian osilator horizontal, biasanya kapasitor elektrolit yang sudah kering (terlihat kusam/pecah).
- Pada TV yang baru jarang dijumpai, biasanya disebabkan komponen yang sudah termakan umur.
- Sebagian gambar tergeser horisontal.
- Rangkaian sinkronisasi, rangkaian buffer video, dan rangkaian AGC. Biasanya kapasitor elektrolit yang kering atau dioda yang bocor.
- Gambar bergerak terus keatas/kebawah.
- Rangkaian osilator vertikal. TV yang baru terjadi akibat kapasitor keramiknya bocor.
- Garis hitam miring dan bergerak keatas/kebawah terus.
- Rangkaian pemisah sinkronisasi, rangkaian penguat sinkronisasi, rangkaian AGC dan rangkaian penghapus noise.
- Gambar menyempit.
- Rangkaian output catu daya, rangkaian defleksi horisontal, dan kumparan yoke.
- Pelebaran Horisontal.
- Potensio pengontrol lebar horisontal, rangkaian catu daya, dan tegangan anoda CRT.
- Pemendekan tinggi gambar.
- Potensio Vsize dan Vline, dan rangkaian defleksi vertical (transistornya).
- Gambar memanjang vertikal.
- Rangkaian defleksi vertikal, potensio pengatur vertikal, atau elko yang sudah kering.
- Kontras gambar rendah.
- Rangkaian mixer sampai ke rangkaian penguat video.
- Muncul garis miring atau pola jala pada gambar.
- Interferensi dari luar, seperti pemancar radio berada didekatnya. Jauhkan antenna dari sumber frekuensi gangguan.
- Gambar TV tampak biru/ merah/ hijau/ cyan/ kuning saja.
- Rangkaian RGB (harga resistor membesar/transistor rusak), coba atur Vr pada RGB atau CRT.
- Gambar bagus tapi tak ada suara.
- Rangkaian audio antara IF audio dan speaker
- Gambar pada layar tidak jelas tapi masih berwarna, suara normal.
- Rangkaian video detector rusak
- Gambar pada layar bergulung ke tengah searah sumbu horizontal, suara normal.
- Rangkaian vertikal, biasanya kapasitornya.
- Gambar pada layar tidak jelas, warna buram, suara normal.
- Penguat video rusak, biasanya transistornya.
- Gambar pada layar hitam-putih, suara normal.
- Penguat warna rusak, biasanya transistornya.
- Gambar pada layar rusak, suara normal.
- Penguat akhir video rusak.
- Raster ada berbintik-bintik, gambar hilang dan suara mendesis (hilang).
- Rangkaian tuner ada yang rusak
- Rangkaian AGC tidak bekerja
- Antena TV yang berada diluar rumah mempunyai batas umur tertentu karena terkena hujan dan panas pada setiap hari. Jadi kalau sudah rapuh, mesti tetap diganti.
- Kalau terjadi gambar TV buram, coba putar dan arahkan antena sambil melihat gambar di TV sampai gambar jelas kembali.
- Kalau tetap buram, coba periksa kenektor pada antena yang terhubung ke kabel menuju TV, kebanyakan sering terjadi korosi dan mesti dibersihkan dengan ampelas.
- Tidak ada penanganan khusus dari antena, yang terpenting adalah hubungan kabel ke konektor antena, dan kabel ke konektor TV harus bagus benar, sehingga gambar yang dihasilkan pada TV bagus.
PELACAKAN KERUSAKAN SISTEM ANALOG | |
1. Catu Daya Teregulasi Linier 2. Catu Daya Switching 3. Sistem Penguat Stereo | 4. Penerima TV Warna 5. Rangkaian IC Linear dan Kasusnya 6. Transformator |
Demikianlah Artikel Penerima TV Warna
Sekianlah artikel Penerima TV Warna kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Penerima TV Warna dengan alamat link https://sebuahteknologi.blogspot.com/2015/01/penerima-tv-warna.html