Maqom Hina-an dan Cela-an adalah salah satu Anugerah-Nya

Maqom Hina-an dan Cela-an adalah salah satu Anugerah-Nya - Hallo sahabat STREAMING GRATIS, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Maqom Hina-an dan Cela-an adalah salah satu Anugerah-Nya, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel BAHASAN SUFI, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Maqom Hina-an dan Cela-an adalah salah satu Anugerah-Nya
link : Maqom Hina-an dan Cela-an adalah salah satu Anugerah-Nya

Baca juga


Maqom Hina-an dan Cela-an adalah salah satu Anugerah-Nya


Maqom Hina-an dan Cela-an adalah salah satu Anugerah-Nya

Salah satu maqom yang harus dilewati oleh Penempuh jalan ilahi (salik) yaitu maqom cela-an atau hina-an. maqom yang tidak mengenakkan, khususnya fitnah duniawi yang sering diterima oleh para salik atau pengkaji ilmu Tasawwuf. maqom ini jarang sekali dikaji dan dibahas oleh para salik walaupun kita sudah berguru atau berthoriqoh.
dalam sebuah kitab tasawwuf klasik yang bernama Kasyful Mahjub karya Al—Hujwiri, dijelaskan dengan lengkap maqom ini.
Bagi para salik apabila ditanya, “Pernahkan anda dihina, dicela, difitnah oleh orang lain yang berkaitan dan setelah anda berguru dan menekuni suatu Thoriqoh? jawabnya tentu “Pernah”.
Pengalaman orang-orang yang mengkaji Tasawwuf ,menekuni Thoriqoh yang tiba-tiba dan tanpa sebab orang yang awalnya senang dengan kita, menjadi sahabat kita bahkan orang terdekat kita baik dari keluarga ataupun lainnya, membenci dan memusuhi kita.
 ketika mereka mengetahui kita telah berguru kepada salah seorang guru atau Mursyid mereka biasanya tidak langsung percaya dan menyetujuinya, kecuali mereka semua faham dengan dunia Tasawwuf.
apalagi kalau kita hidup di lingkungan yang tidak senang dengan praktek tasawwuf/Thoriqoh. akan tambah celaan dan hinaan yang kita terima. dalam hal ini ada yang bisa menerima dan menghadapinya dengan tabah. tapi ada pula yang putus asa, mereka menganggap menekuni Tasawwuf dan thoriqoh menjadikan hidup susah dibenci dan dihina orang. sehingga mereka mengambil keputusan untuk keluar dari dunia Tasawwuf dan tidak berguru sufi lagi.
Pernahkah kita renungkan, kenapa kita dikucilkan, dianggap aneh dan kadang sampai dianggap sesat? Memang harus kita akui ada faktor lain yang ikut menyburkan kebencian orang terhadap para oknum pengamal Tasawwuf yang kadang terkesan sombong, tidak mau bergaul dengan masyarakat/lingkungan, tidak menjaga syri’at dan lain-lain.
Terlepas dari itu semua, kita harus memahami kalau para salik akan mengalami dan melewati maqom hinaan dan celaan ini.  setelah direnungkan akan kita temukan jawabannya yang bisa di uraikan secara singkat menjadi empat kesimpulan.
Pertama, Kalau kita sebagai pengamal Thoriqoh atau tasawwuf sebagai inti dari ajaran Islam, lalu dianggap aneh dan asing dizaman ini itu sangat wajar, karena Nabi saw. sudah memberitahukan dalam Haditsnya, “Permulaan islam ini asing/aneh, dan akan kembali asing/aneh pula. maka berbahagialah orang-orang yang dianggap asing/aneh”. (HR. Muslim dari Abu Hurairoh).
Kedua, Para salik sudah menemukan jalan menuju mutiara yang dicari seluruh makhluk didunia, yaitu bertemu dengan Kekasihnya(Alloh).  para kekasih Alloh(waliyulloh) itu ibarat pengantin yang disembunyikan Alloh dan hanya diperkenalkan kepada orang-orang yang telah ditaqdirkan-Nya. banyak cara Alloh menyembunyikan kekasih-Nya. salah satunya manusia terhijab oleh kekurangan yang nampak pada diri seorang wali, sebagaimana musuh-musuh islam melihat kekurangan yang nampak pada diri Nabi saw. sehingga kalau ada orang mengatakan, Guru anda salah sesat dan lain-lain itu wajar, karena dia melihat guru anda dibalik hijab yang dibuat oleh Alloh.
kita sangat yakin kalau Nabi Muhammad saw. adalah seorang yang Mulia dan dimuliakan Alloh. apakah orang kafir dari dulu juga beranggapan yang sama seperti kita?  Apakah Abu lahab, Abu jahal menilai Nabi seperti penilaian kita? tentu saja jawabnya “Tidak” karena mereka melihat Nabi dibalik hijab.
Rosululloh SAW, yang menjadi teladan dan pemimpin orang-orang yang mengikut jalan kebenaran, dan yang mengunguli derajat pecinta pecinta Tuhan, Kemulyaan Beliau diakui dan kebenaran Beliau menerima wahyu dari Alloh tidak diragukan sedikitpun. Namun dalam pandangan orang yang tidak senang, Belau dituduh dengan berbagai macam tuduhan, “Orang yang suka mengada-ada”, “penyair” bahkan Beliau dituduh Gila dan pendusta.

Orang-orang beriman yang mengalami celaan dilukiskan dalam firman Alloh :
“Mereka tidak takut celaan seseorang, itulah rahmat Tuhan yang Dia anugerahkan kepada siapapun yang Dia kehendaki, Tuhan Maha Pemurah lagi Maha bijaksana” (QS 5:59).
Ketiga, Coba kita bayangkan disebuah desa ada seorang gadis paling cantik dan kita termasuk penduduk desa tersebut. Gadis itu diperebutkan oleh banyak laki-laki dan kita termasuk salah seorang yang berusaha mengambil hati.

Bisa kita bayangkan bagaimana susahnya kita merebut hati si gadis diantara puluhan pesaing. Kemudian bayangkan juga kita berada disebuah kota dan dikota tersebut ada seorang gadis paling cantik, primadona kota dan seluruh pemuda di kota tersebut berlomba-lomba merebut hati sang gadis.

Bisa kita bayangkan pengorbanan harta, pikiran dan tenaga untuk bisa mendapatkan gadis pujaan anda, bisa jadi kita ditolak dan mengalami sakit hati. Sekarang bayangkan yang ingin kita rebut cinta adalah dari Sang Maha Cinta yang diperebutkan oleh Manusia seluruh alam ini, ada 5 milyar saingan kita untuk memperoleh perhatian dan cinta Dia Yang Maha Esa.

Sekarang coba kita bayangkan pengorbanan apa yang harus kita berikan agar bisa mendapatkan cinta dari Sang Maha Cinta tersebut?. Apakah harta kita cukup untuk bisa mendekati Dia?

Apakah pikiran kita cukup untuk dikorbankan kepada-Nya dan apakah perasaan kita siap untuk kecewa dan sakit hati untuk mencapai Cinta-Nya? jawabannya tentu kita sudah mengetahuinya. Yang diminta dari kita oleh Sang Kekasih adalah sedikit kesabaran dalam menggapai cinta tersebut, pantaskah kita berkeluh kesah?
Keempat, Orang yang masuk Dunia tasawwuf/thoriqoh pada hakikatnya adalah memulai hidup baru dalam Taubat kepada-Nya, melangkahkan kaki setahap demi setahap menuju kehadirat Alloh. di dalam hati kita semua bersemayam Jin, setan yang sejak lahir (buka surat An Naas) telah menemani kita siang dan malam selama 24 jam sampai kita mengucapkan kata perpisahan dengan mereka ketika kita menyatakan diri menjadi murid seorang kekasih Alloh.

Setan dalam diri kita itu kemudian keluar dari tubuh kita, keluar dengan nada kesal dan kecewa.
Lalu rasa kecewa tersebut kemudian dia masuk ke tubuh sahabat kita, tetangga kita atau bisa jadi orang tua kita sendiri, lewat mereka para jin/setan tersebut dengan bebas mencaci maki kita sebagai orang yang telah meninggakan mereka. Lalu kenapa kita jadi marah kalau dicaci oleh tetangga yang pada hakikatnya adalah telah di masuki oleh “diri kita”, sekutu yang sejak lahir menemani kita.

Kalau ada yang mencaci anda karena anda mengamalkan thoriqot, dalam hati ucapkan, “wahai kawan lama, maaf, aku tak bisa bersamamu lagi, sekarang aku sudah jadi muridNya ”
Memegang kebenaran itu ibarat memegang bara api, kalau digenggam tangan akan terbakar kalau dilepas maka bara itu akan terlepas, mati dan hilang. Seorang guru memberikan Nasihat kepada muridnya, “Pegang kuat-kuat bara itu dan nanti bara itu akan padam ditanganmu dan kamu harus punya prinsip tangan yang terbakar atau bara api yang padam dan jangan pernah kau melapaskan bara tersebut”. Ditempat lain Guru juga memberikan gambaran bahwa seorang penempuh jalan kebenaran persis seperti orang yang berada diantara buaya dan dinding terjal.

Di depan ada dinding terjal sementara dibelakang ada buaya. Kalau mundur akan mati dimakan buaya sementara kalau maju harus melewati dinding yang terjal dan sangat sulit.

Guru memberikan rahasia haq, “Kalau Aku akan terus maju walau harus merangkak”.
Seorang murid ditanya murid lainnya, “Menurut anda apakah Guru kita termasuk orang yang benar?”.

lalu di jawab, “Pertanyaan itu ketika tahun pertama berguru saya masih bisa menjawabnya, tapi sekarang setelah belasan tahun saya berguru pertanyaan tersebut tidak bisa lagi terjawab”.

Dengan penasaran dia bertanya lagi, “kenapa bisa begitu?”.

lalu di jawab, “Bertahun-tahun saya mencari Wali Alloh, begitu banyak saya menjumpai Guru yang mengaku Wali Alloh dan dan hampir saja saya putus asa karena tidak menemukan orang yang benar-benar Wali Alloh dan saya pikir tidak mungkin orang seperti saya bisa berjumpa dengan seorang Wali Alloh.

Setelah berguru awalnya timbul keraguan dalam hati, dan saya membuka Al Qur’an dan Hadist untuk mencari kebenaran dari apa yang disampaikan Guru.

Bukan hanya itu saya juga mempelajari ucapan-ucapan ulama, kitab-kita tentang Tauhid dan tasawuf untuk Menelusuri kebenaran yang di ajarkan oleh Guru. Setelah setahun saya mengambil kesimpulan bahwa Guru kita benar-benar seorang Wali Alloh yang tidak mungkin mengakui kalo memang beliau yang di persunting sang kekasih (wali), Ulama Pewaris Nabi dan Beliau benar Kholifah Rosululloh yang menegakkan Agama ini yang kebenarannya tidak diragukan lagi.”

Kemudian saya melanjutkan, “Kalau anda saudaraku hari ini bertanya tentang kebenaran Guru kita, saya tidak bisa menjawabnya karena bagi saya saat ini berguru bukan karena benar dan salah tapi karena kecintaan saya kepada Beliausebagai seorang pengemban amanah Alloh.

Andai seluruh dunia ini mengatakan Guru kita salah atau sesat dan siapapun jadi murid Beliau dikatakan masuk Neraka, saya tidak peduli dan saya akan tetap menjadi murid Beliau”.

Kemudian dia melanjutkan, “Saudaraku, Kebenaran mutlak itu hanya ada pada Alloh dan Guru kita telah mengantarkan saya kepada Alloh, Sang Kebenaran Mutlak, jadi untuk apa saya harus mendengarkan kebenaran versi manusia yang sangat besar kemungkinan salahnya?”

Siapapun anda wahai saudaraku, apakah kita satu Guru atau berbeda Guru, saya memberikan nasehat kepada anda, siapapun Guru anda, hormati Beliau sayangi Beliau dan teruslah melanjutkan Berguru karena sesungguhnya bersama Kekasih Alloh itu adalah sebesar-besarnya rahmat dan karunia dan sesungguhnya Guru Mursyid itu adalah pintu yang langsung menuju kehadirat Alloh SWT.

Walaupun pandangan orang negatif terhadap anda, digolongkan anda kapada pengikut aliran sesat, dituduh sebagai pembuat bid’ah bahkan orang mengatakan anda kafir jangan membuat pribadi anda berubah menjadi pribadi pendendam, pribadi yang putus asa dan kemudian malah bertingkah laku aneh sesuka hati. “ah saya sudah terlanjur dianggap sesat, mendingan buat yang aneh-aneh sekalian”.

Kemuliaan dan ketinggian derajat seseorang tidak tergantung dari penilaian orang, manusia itu bersifat baru dan penilaiannya pun akan berubah termasuk penilaian terhadap anda.

Jadilah pribadi yang mulia karena anda mengemban amanah yang mulia, dalam diri anda telah tertanam Nur Alloh dan kemanapun anda melangkah Alloh dan seluruh alam ini akan ridho kepada anda. Jadilah pribadi yang ketika orang melihat dan menilai anda maka orang akan mengatakan, “orang ini benar dan Gurunya juga benar”.

Bersyukurlah karena masih ada orang yang menghina anda, karena yang paling berbahaya justru ketika anda dipuji karena pujian sering kali membuat orang lalai dan lupa dan kemudian tanpa sadar menjadi sombong dan angkuh sementara dua sikap itu yang paling tidak disenangi oleh Tuhan dan sikap itu membuat anda jauh dari Tuhan.

Hinaan manusia akan membuat cinta anda kepada Tuhan semakin menggelora dan hati anda selalu terjaga untuk selalu mengingat dan membesarkan nama-Nya. Ketika semua orang mencaci dan menghina orang maka anda hanya memikirkan satu saja, semakin fokus pada satu tujuan yaitu Alloh SWT. Yakinlah bahwa Orang-orang yang menghina anda itu sengaja diciptakan oleh Tuhan sebagai lawan tanding agar anda bersungguh-sungguh dan bersemangat dalam menggapai cinta-Nya. Suatu saat nanti anda akan menangis dan selalu bersyukur karena anda dihina orang dan hal itu hanya bisa terjadi ketika anda benar-benar bisa memaknai Nikmatnya Celaan.

Marilah kita belajar dari cermin Rosululloh Shollallohu 'alaihi wasallam Saiyidil Ambiya' Muhammad saw.
Di sudut pasar Madinah, ada seorang pengemis Yahudi buta yang setiap harinya selalu berkata kepada setiap orang yang mendekatinya, “Wahai saudaraku, jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir,
apabila kalian mendekatinya maka kalian akan dipengaruhinya”
Namun, setiap pagi Muhammad Rosululloh SAW. mendatanginya dengan membawakan makanan,
dan tanpa berucap sepatah kata pun Rosululloh SAW. menyuapkan makanan yang dibawanya kepada pengemis itu sedangkan pengemis itu tidak mengetahui bahwa yang menyuapinya itu adalah Rosululloh SAW.

Rosululloh SAW melakukan hal ini setiap hari sampai baginda wafat.

Setelah wafatnya Rosululloh SAW, tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis Yahudi buta itu.

Sayyidah Aisyah ra berkata kepada Sayyidina Abu Bakar ra., “Wahai ayah, engkau adalah seorang ahli sunnah dan hampir
tidak ada satu kebiasaannya pun yang belum ayah lakukan kecuali satu saja”.

“Apakah itu?”, tanya Abu Bakar ra.

“Setiap pagi Rosululloh SAW selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang ada di sana “, kata Aisyah ra.

Keesokan harinya Abu Bakar ra. pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikan kepada pengemis itu. Abu Bakar ra. mendatangi pengemis itu lalu memberikan makanan itu kepadanya.

Ketika Abu Bakar ra mulai menyuapinya, si pengemis marah sambil mengherdik, “Siapakah kamu?”. Abu Bakar ra. menjawab, “Aku orang yang biasa (mendatangi engkau).”
“Bukan! Engkau bukan orang yang biasa mendatangiku,” bantah si pengemis buta itu. “Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut, setelah itu ia berikan padaku”, pengemis itu melanjutkan perkataannya.

Abu Bakar ra. tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata kepada pengemis itu, “Aku memang bukan orang yang biasa datang padamu. Aku adalah salah seorang dari sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rosululloh SAW”.

Seketika itu juga pengemis itu pun menangis mendengar penjelasan Abu Bakar ra, dan kemudian berkata,

“Benarkah demikian? Selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, dia tidak pernah memarahiku sedikitpun, ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, dia begitu mulia, “

Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat di hadapan Abu Bakar ra. saat itu juga dan sejak hari itu menjadi seorang muslim.
Barokallohu lanaa walakum Amiin...

(terima kasih kepada yth. mas Ali bais).







Demikianlah Artikel Maqom Hina-an dan Cela-an adalah salah satu Anugerah-Nya

Sekianlah artikel Maqom Hina-an dan Cela-an adalah salah satu Anugerah-Nya kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Maqom Hina-an dan Cela-an adalah salah satu Anugerah-Nya dengan alamat link https://sebuahteknologi.blogspot.com/2013/11/maqom-hina-dan-cela-adalah-salah-satu.html