HAKIKAT IBADAH

HAKIKAT IBADAH - Hallo sahabat STREAMING GRATIS, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul HAKIKAT IBADAH, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel BAHASAN SUFI, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : HAKIKAT IBADAH
link : HAKIKAT IBADAH

Baca juga


HAKIKAT IBADAH

Ibadah Untuk Melahirkan Cinta dan Takut pada Alloh
Di dalam kita beribadah, tujuan kita adalah Alloh. Agar Alloh dibesarkan, disanjung, dan dicintai. Untuk terjadinya perasaan itu, Alloh datangkan syariat, peraturan, ada yang asas, sunat, dan umum. Yang asas itu adalah ibadah yang fardhu (wajib), shalat, puasa, zakat dan haji. Semoga dengan ibadah itu dapat lahir perasaan-perasaan membesarkan Alloh. Tapi kalau dengan yang fardhu tidak cukup, Alloh tambahkan yang sunat.

Alloh tahu ada orang yang asyik dengan Alloh, sebentar-sebentar ingin bertemu, sehingga tidak cukup dengan yang fardhu. Bagi orang yang mabuk pada Alloh, silahkan memperbanyak ibadah yang sunat. Seolah-olah yang fardhu saja tidak cukup untuk mendatangkan rasa hamba, cinta, takut dan lain-lain.

Begitulah seterusnya, ibadah yang fardhu dan sunat pun terbatas, banyak lagi waktu, untuk makan, istirahat, yang semuanya mubah. Seolah-olah Alloh beritahu bahwa jika dengan yang mubah itu hambaNya tidak mendekatkan diri kepadaNya maka Dia beri rukhsah (keringanan), artinya Alloh tidak bertindak asalkan yang mubah jangan digantikan dengan yang haram. Seolah-olah Alloh berkata, “Kalau kau ingin istirahat, Aku beri keringanan.” Itulah rahmat Alloh supaya kita tak berdosa.

Tapi yang sebaik-baiknya yang mubah pun dijadikan jalan untuk mendekatkan diri pada Alloh. Artinya 24 jam dalam ibadah. Segala pekerjaan baik yang fardhu, yang sunat, dan yang mubah dilakukan dengan tujuan untuk taqarrub (mendekatkan diri) pada Alloh, untuk merasa cinta, takut, bahkan mabuk dengan Alloh. Kalau ibadah ataupun pekerjaan tadi baik yang fardhu, sunat maupun yang mubah tidak mendatangkan perasaan kasih, takut, dan mabuk dengan Alloh, maka ia tidak ada nilainya. Sholat, puasa, zakat, haji semuanya tidak ada nilainya sebab tujuannya tidak sampai.

Sekarang ini banyak yang tidak faham peranan ibadah, sebab itu walaupun banyak sholat, pergi umrah tapi perangai tidak berubah. Padahal Alloh tidak memandang banyaknya ibadah, tetapi pada kesannya. Artinya bila dengan amalan lahir itu tidak timbul rasa cinta pada Alloh, tidak terasa malu dan takut pada Alloh maka ibadah yang banyak tidak ada nilainya. Sebaliknya walaupun hanya mengerjakan yang fardhu tapi terasa peranan ibadah, maka itu sudah cukup.

Sebab itu dalam beribadah jangan mengejar fadhilat (pahala/khasiat). Misal, sholat dhuha agar mendapat pahala berlipat. Itu hanya tambahan. Kita kiaskan dengan orang yang mendapat gaji di kantor. Kadang-kadang gaji yang pokok sedikit saja, mungkin 500 ribu. Tapi kalau lembur dapat 1 juta. Yang 1 juta itu fadhilat. Tapi jika kerja asas tidak dikerjakan, apakah akan dapat bonus yang 1 juta? Kalau kita kiaskan, orang yang mengejar fadhilat dengan sholat sunat, sedangkan ibadah fardhu tidak berperanan. Itu artinya orang yang mengejar fadhilat tertipu.
Sekarang peranan ibadah dan syariat sudah diselewengkan. Bila kita lihat kehidupan hamba-hamba Alloh, isteri Khalifah ‘Umar bin Abdul Aziz memberitahu tentang suaminya, ibadahnya tidak sebanyak orang lain. Tentu sudah sewajarnya demikian sebab dia memerintah, tidak sempat banyak beribadah. Tapi kata isterinya, ketika hendak tidur malam Khalifah menangis menggelepargelepar karena takutnya pada Alloh. Selama 2 tahun memerintah, walaupun isteri ada di sisinya tapi beliau tak pernah menyentuhnya karena rasa takut dan malunya pada Alloh.

Orang yang secara lahir terlihat banyak amalannya tapi hati tidak terasa takut pada Alloh itu lebih berat kesalahannya daripada orang yang mencuri tapi merasa berdosa. Kalau kita mencuri terasa berdosa sebab kesalahan itu dapat dinilai secara lahir. Tapi kesalahan orang yang beribadah karena fadhilat itu tidak terasa, sangat halus dan berbahaya.

Wallohu a’lam...


Demikianlah Artikel HAKIKAT IBADAH

Sekianlah artikel HAKIKAT IBADAH kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel HAKIKAT IBADAH dengan alamat link https://sebuahteknologi.blogspot.com/2013/11/hakikat-ibadah.html