Judul : Faktor Pergerakan Massa Tanah
link : Faktor Pergerakan Massa Tanah
Faktor Pergerakan Massa Tanah
Menurut Karnawati (2005) faktor-faktor pengontrol pergerakan massa tanah merupakan fenomena yang mengkondisikan suatu lereng berpotensi untuk bergerak, meskipun pada saat tertentu lereng tersebut masih stabil atau belum bergerak/longsor.Lereng yang berpotensi untuk bergerak, apabila ada gangguan yang memicu terjadinya gerakan.
Berdasarkan pengamatan di lapangan dan mengacu pula pada Sampurno (1975), Varnes (1978), Tjojudo (1983), Heath et al. (1988), dan Sarosa (1992), maka Karnawati (1996a) mengidentifikasi faktor-faktor pengontrol terjadinya gerakan tanah di Indonesia, sebagai berikut:
1. Kondisi geomorfologi (kemiringan lereng)
Sebagian besar wilayah di Indonesia merupakan wilayah perbukitan dan pegunungan, sehingga banyak dijumpai lahan miring atau perbukitan.Lereng pada lahan yang miring ini berpotensi untuk mengalami gerakan tanah. Semakin curam kemiringan (sudut kemiringan) suatu lereng, akan semakin besar gaya penggerak massa tanah/ batuan penyusun lereng.
2. Kondisi geologi
Sebagian besar wilayah Indonesia merupakan wilayah yang kondisi geologinya dinamis. Hal ini disebabkan oleh terjadinya gerakan Lempeng Australia dan Lempeng Pasifik yang menumbuk di bawah Lempeng Benua Eurasia, sehingga terjadi zona penujaman. Akibat dari penujaman lempeng tersebut maka terjadi aktifitas gempa dan gunung api yang melampar sesuai jalur penujaman tadi. Getaran gempa bumi pada lereng gunung api atau pegunungan dapat memicu longsoran, karena getaran gempa dapat memperbesar gaya atau tegangan penggerak massa tanah/ batuan pada lereng, yang sekaligus juga mengurangi besarnya gaya atau tegangan penahan gerakan. Kehadiran gunung api tentunya mengakibatkan suatu lahan menjadi miring. Semakin
miring suatu lahan, maka gaya penggerak massa tanah pada lereng akan semakin besar apabila tanah penyusun lereng merupakan tanah lepas-lepas atau merupakan batan yang rapuh.
3. Kondisi tanah/batuan penyusun penyusun lereng
Kondisi tanah/ batuan penyusun lereng sangat berperan dalam mengontrol terjadinya gerakan tanah. Meskipun suatu lereng cukup curam, namun gerakan tanah belum tentu terjadi apabila kondisi tanah/ batuan penyusun lereng tersebut cukup kompak dan kuat. Tanah-tanah residual hasi pelapukan batuan yang belum mengalami pergerakan (masih insitu) dan tanah kolovial, serta lapisan batu lempung jenis smektif, lapisan napal dan serpih seringkali merupakan massa tanah/batuan yang rentan bergerak, terutama apabila kemiringan lapisan batuan searah kemiringan lereng.
4. Kondisi iklim
Kondisi iklim di Indonesia sangat berperan dalam mengontrol terjadinya longsor. Temperatur dan curah hujan yang tinggi sangat mendukung terjadinya proses pelapukan batuan pada lereng. Akibatnya sangat sering kita jumpai lereng yang tersusun oleh tumpukan tanah yang tebal, dengan ketebalan mencapai lebih dari 10 meter.Dari hasil pengamatan lapangan dapat diketahui bahwa lereng dengan tumpukan tanah yang lebih tebal relatif lebih rentan terhadap gerakan tanah.
Curah hujan yang tinggi atau menengah dan berlangsung lama sangat berperan dalam memicu terjadinya gerakan tanah. Air hujan yang meresap ke dalam lereng dapat meningkatkan kejenuhan tanah pada lereng, sehingga tekan air untuk merenggangkan ikatan tanah meningkat pula, dan akhirnya massa tanah terangkut oleh aliran air dalam lereng.
5. Kondisi hidrologi lereng
Kondisi hidrologi dalam lereng berperan dalam hal meningkatkan tekanan hidrostatis air, sehingga kuat tanah/ batuan akan sangat berkurang dan gerakan tanah terjadi. Lereng yang air tanahnya dangkal atau lereng dengan akuifiler menggantung, sangat sangat sensitif mengalami kenaikan tekanan hidrostatis apabila air permukaan meresap ke dalam lereng.Selain itu, retakan batuan atau kekar sering pula menjadi saluran air masuk ke dalam lereng. Apabila semakin banyak air yang masuk melewati retakan atau kekar tersebut, tekanan air juga akan semakin meningkat. Mengingat jalurjalur tersebut merupakan bidang dengan kuat geser lemah, maka kenaikan tekanan air ini akan sangat mudah menggerakan lereng melalui jalur
tersebut. Di antara kondisi alam di atas, satu-satunya kondisi yang relative mudah dikontrol adalah kondisi hidrologi (sistem tata air) pada lereng yang rawan longsor. Kondisi tata air inilah yang paling sensitif untuk berubah baik dalam dimensi waktu maupun ruang, akibat adanya air hujan yang meresap masuk ke dalam lereng (Hencher dan Masey, 1984; Karnawati,
1996a dan 2000b)
Demikianlah Artikel Faktor Pergerakan Massa Tanah
Sekianlah artikel Faktor Pergerakan Massa Tanah kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Faktor Pergerakan Massa Tanah dengan alamat link https://sebuahteknologi.blogspot.com/2015/12/faktor-pergerakan-massa-tanah_29.html