Komunikasi I/O

Komunikasi I/O - Hallo sahabat STREAMING GRATIS, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Komunikasi I/O, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Perbaikan sistem elektro, Artikel Teknologi, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Komunikasi I/O
link : Komunikasi I/O

Baca juga


Komunikasi I/O

Informasi ke dan dari mikroprosesor

Mikroprosesor sebuah robot harus dapat menerima informasi dari berbagai sensor atau perangkat input lainnya (sensor cahaya, suara, gerak, informasi dari keyboard PC, dll), dan dapat mengirim perintah ke banyak operator atau mengirimkan perintah ke-sensor (untuk meng-off-kan atau meng-on-kan sensor).

Gambar 9.4: Diagram Blok I/O Robot

Mengelola semua informasi tsb dalam satu waktu sangatlah sulit.
Pertama, masalah kecepatan prosesor, dapat digunakan teknik multipleks, yaitu mensaklar (melayani) banyak pekerjaan dengan sangat cepat, sehingga pekerjaa-pekerjaan tsb akan tampak dikerjakan sekaligus.
Kedua, rangkaian I/O (dengan instruksi) mengambil/mengirim data melalui sebuah data bus, seperti ditunjukan pada Gambar 9.4.

ADC (Analog to Digital Conversion)

Mikroprosesor hanya dapat mengolah data dalam format digital. Sedangkan besaran alam yang ditangkap oleh sensor berupa analog. Oleh karena itu, besaran-besaran analog tsb harus diubah menjadi besaran digital agar dapat diproses oleh mikroprosesor.

Gambar 9.5: Proses Konversi Analog ke Digital.

Proses digitalisasi ini dilakukan oleh sebuah perangkat yang disebut Konverter Analog-ke-Digital (ADC). Adapun tahapan digitalisasi meliputi: Sampling, kuantisasi, dan pengkodean ke besaran digital (coding).

Sampling
Proses pertama konversi analog ke digital adalah sampling, yaitu: membagi sinyal analog menjadi beberapa bagian dengan interval waktu yang sama, seperti ditunjukkan pada Gambar 9.11 bagian atas. Banyaknya sinyal ter-sampling ditentukan oleh frekuensi sampling.

Kuantisasi
Setelah sinyal analog terbagi menjadi beberapa bagian (sesuai dengan frekuensi sampling), maka setiap bagian lalu dikuantisasi, yaitu: diberi nilai sesuai dengan nilai analognya, seperti ditunjukkan oleh Gambar 9.11 bagian kedua (tengah).

Tabel 9.1: Konversi A/D

Pada contoh tsb nilai hasil kuantisasi ditunjukkan pada Tabel 9.1.

Kode Biner
Tahap akhir konversi A/D adalah membuat kode biner berdasarkan nilai kuantisasi yang diperoleh dari tahap sebelumnya.

DAC (Digital to Analog Conversion)

Lengan robot dan bagian lainnya dapat bergerak karena mendapat instruksi dari mikroprosesor sesuai dengan program yang telah ditulis oleh seorang pemrogram. Instruksi-instruksi di dalam mikroprosesor tentunya berupa data-data digital, sedangkan penggerak robot biasanya bekerja secara analog. Oleh karena itu, data digital dari mikroprosesor (berupa perintah untuk menggerakkan suatu bagian robot) ke penggerak perlu diubah dalam format analog. Perangkat pengubah Digital ke Analog ini disebut DAC (Digital to Analog Converter). Banyak DAC yang telah tersedia dalam bentuk IC.

Gambar 9.6: DAC dalam bentuk IC

Secara logika, setiap nilai biner dapat diubah menjadi nilai analog, sehingga akan didapat nilai pengukuran output analog tak-hingga besarnya. Pada kenyataannya hal ini tidaklah mungkin, karena dalam rangkaian elektronik, tegangan output dibatasi oleh tegangan catu daya DC yang digunakan pada rangkaian.

Nilai maksimum output analog DAC = Tegangan Catu Daya DC yang digunakan pada DAC.

Gambar 9.7: Bentuk Gelombang Tangga

Gambar 9.8: Rangkaian Konverter Digital ke Analog

Contoh:
Sebuah DAC 4 bit mempunyai tegangan referensi -5 V. R1=2Rf (ini sebagai MSB); R2=4Rf; R3=8Rf; R4=16Rf (ini sebagai LSB). DAC ini akan mempunyai output dengan rentang tegangan antara 0-5V, karena mempunyai tegangan referensi 5 V. Nilai tiap step = 5/24 = 0.3125 V. Pada Op-amp terdapat penguatan yang besarnya -Rf/R. Karena nilai LSB dari DAC ini adalah 1/16, maka nilai step dihitung dengan -1/16 (-5V) = 0.3125 V. Output maksimum DAC adalah (24 -1) x nilai step = 15 x 0.3125 V = 4.6875 V.

Gambar 9.8 menunjukkan saklar input semua dalam keadaan terbuka, ini berarti input DAC = 0000, dan dalam kondisi ini output DAC = 0V. Untuk menentukan nilai output antara 0 – 5 V, maka konversikan nilai biner input ke desimal, lalu kalikan dengan nilai step. Misalnya: input biner 0110 = 6 desimal. Output DAC adalag 6 x 0.3125 V = 1.875 V.

Gambar 9.9: Contoh Konversi Nilai Digital–Analog melalui Gelombang Tangga

PERALATAN ELEKTRONIK BERBASIS MIKROPROSESOR
1. Konsep Dasar Mikroprosesor
2. Komunikasi I/O
3. Aplikasi Mikroprosesor pada Robot
4. Operator Gerak & Sensor
5. Diagnostik Awal Kerusakan Sistem
6. Identifikasi Gangguan pada Sistem Kontrol Robotik
7. Jalur Kontrol dan Lup Kontrol



Demikianlah Artikel Komunikasi I/O

Sekianlah artikel Komunikasi I/O kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Komunikasi I/O dengan alamat link https://sebuahteknologi.blogspot.com/2015/02/komunikasi-io.html