Judul : Kisah teladan KH. M. Marwan, AH jragung Demak
link : Kisah teladan KH. M. Marwan, AH jragung Demak
Kisah teladan KH. M. Marwan, AH jragung Demak
KH. M. Marwan, AH jragung Demak
Dawuh Kyai…..
ﻣﻦ ﺍﺭﺍﺩ ﺍﻥ ﻳﻜﻦ ﺍﺑﻨﻪ ﻋﺎﻟﻤﺎ ﻓﻠﻴﻜﺮﻡ ﺍﻟﻐﺮﺑﺎﺀ ﻣﻦ ﺍﻟﻔﻘﻬﺎﺀ ﻭﺍﻥ ﻟﻢ
ﻳﻜﻦ ﺍﺑﻨﻪ ﻋﺎﻟﻤﺎ ﻓﺤﺎ ﻓﺪﻭﻩ ﻋﺎﻟﻤﺎ
“Barangsiapa yang menginginkan anaknya kelak menjadi seorang yang ‘alim maka hendaknya memuliakan para ulama dan apabila anaknya tidakmenjadi ‘alim maka cucunya yang akan menjadi seorang ulama”
ﻣﻦ ﺍﺭﺍﺩ ﺍﻥ ﻳﻜﻦ ﺍﺑﻨﻪ ﻋﺎﻟﻤﺎ ﻓﻠﻴﻜﺮﻡ ﺍﻟﻐﺮﺑﺎﺀ ﻣﻦ ﺍﻟﻔﻘﻬﺎﺀ ﻭﺍﻥ ﻟﻢ
ﻳﻜﻦ ﺍﺑﻨﻪ ﻋﺎﻟﻤﺎ ﻓﺤﺎ ﻓﺪﻭﻩ ﻋﺎﻟﻤﺎ
“Barangsiapa yang menginginkan anaknya kelak menjadi seorang yang ‘alim maka hendaknya memuliakan para ulama dan apabila anaknya tidakmenjadi ‘alim maka cucunya yang akan menjadi seorang ulama”
Pada usia 6 tahun Kh Marwan jragung telah ditinggal ayahnya untuk menghadap sang kholiq sehingga pada usia tersebut ibunya sendiri yang mengasuh serta mendidik sang Marwan kecil.
Dalam usia dini, beliau selalu mendapat perhatian khusus dari ibunya untuk mempelajari ilmu agama dan beliau bercita – cita agar kelak putranya dapat menjadi orang ‘alim.
Pertama kali beliau belajar kepada Syekh ‘Abdullah Sajad, seorang ulama yang berjiwa besar, perjuangannya tidak menetap, dimana beliau singgah di situ beliau mendirikan masjid, seperti di desa Jragung tempat kelahirannya.
Pada suatu hari simbah kyai Abdullah sajad mendapat firasat yakni akan munculnya seorang ulama besar di Jragung, sejak kecil Kh Marwan dijadikan sebagai anak angkatnya, Kyai Abdullah Sajad mendidiknya dengan penuh perhatian layaknya seorang bapak kepada anaknya, setelah dewasa Kh Marwan menimba ilmu di Salatiga untuk ngaji pada Kyai Ishom bin ‘Abdul Jalil Mbanca’an Salatiga, kemudian Kh Marwan meneruskan belajarnya di Pondok Pesantren Futuhiyyah Suburan Mranggen, di sana berguru pada KH. Mushlih bin ‘Abdurrahman, selama di Futuhiyyah beliau mendapat gemblengan lahir batin hingga mendapat kepercayaan menjadi guru besar mursyid “Thariqah Qadariyyah Naqsabandiyyah”. Selain di PP. Futuhiyyah, beliau pernah nyantri di salah satu Pondok Pesantren di daerah Sarang Rembang, dan juga di Pare Kediri Jawa Timur.
Setelah di pandang oleh gurunya (simbah KH. Muslih) syari’ahnya sudah mampu/cukup Kh Marwan mendapat restu untuk menghafalkan Al-Qur’an, kemudian Kh Marwan di dawuhi menghafalkan di hadapan KH. Arwani Kudus, yang paling terkesan oleh Hadlratusy Syekh sebelum berangkat ke kudus, Kh Marwan sowan dulu ke Simbah Kyai Siroth Solo masyhur ke’arifannya.
Beliau mendapat dawuh, “Seliramu ngapalke Qur’an sepuluh wulan opo sepuluh tahun ( kamu menghafal qur’an sepuluh bulan apa sepuluh tahun".
Akhirnya beliaupun berfikir, sepuluh bulan ya berat, sepuluh tahun juga berat, sama-sama berat. Singkat cerita Kh Marwan mendapat pertolongan dari Alloh s.w.t. yakni dalam kurun waktu sepuluh bulan,
beliau bisa menghafal al-qur’an dan di lanjutkan qira’ah sab’ah dua tahun di hadapan Simbah KH.
Abdul Wahab Kudus atas restu Simbah KH. Arwani. Dari Kudus inilah, beliau mulai berjuang untuk menegakkan agama IslamPerjuangan tersebut di awali dengan mendirikan Pondok Pesantren di Jragung Demak, konon beliau berkeinginan mendirikan Pondok Pesantren di Sumatra, namun Simbah KH Arwani tidak merestui sehingga Kh Marwan mendirikan Pondok Pesantren di Jragung dengan diberi nama “Roudlothuth Tholibin” dan Alhamdulillah atas restu sang guru, perjuanganpun sampai di Sumatra.
Dari Pondok Pesantren inilah, beliau mulai di kenal masyarakat luas, dari kalangan awam hingga pejabat, semuanya menaruh hormat kepada beliau, karena ilmu dan amalnya yang ikhlas semata – mata karena Alloh, beliau juga terkenal karena tawadlu’nya bahkan setiap ngaji belau sering berkata:
Dalam usia dini, beliau selalu mendapat perhatian khusus dari ibunya untuk mempelajari ilmu agama dan beliau bercita – cita agar kelak putranya dapat menjadi orang ‘alim.
Pertama kali beliau belajar kepada Syekh ‘Abdullah Sajad, seorang ulama yang berjiwa besar, perjuangannya tidak menetap, dimana beliau singgah di situ beliau mendirikan masjid, seperti di desa Jragung tempat kelahirannya.
Pada suatu hari simbah kyai Abdullah sajad mendapat firasat yakni akan munculnya seorang ulama besar di Jragung, sejak kecil Kh Marwan dijadikan sebagai anak angkatnya, Kyai Abdullah Sajad mendidiknya dengan penuh perhatian layaknya seorang bapak kepada anaknya, setelah dewasa Kh Marwan menimba ilmu di Salatiga untuk ngaji pada Kyai Ishom bin ‘Abdul Jalil Mbanca’an Salatiga, kemudian Kh Marwan meneruskan belajarnya di Pondok Pesantren Futuhiyyah Suburan Mranggen, di sana berguru pada KH. Mushlih bin ‘Abdurrahman, selama di Futuhiyyah beliau mendapat gemblengan lahir batin hingga mendapat kepercayaan menjadi guru besar mursyid “Thariqah Qadariyyah Naqsabandiyyah”. Selain di PP. Futuhiyyah, beliau pernah nyantri di salah satu Pondok Pesantren di daerah Sarang Rembang, dan juga di Pare Kediri Jawa Timur.
Setelah di pandang oleh gurunya (simbah KH. Muslih) syari’ahnya sudah mampu/cukup Kh Marwan mendapat restu untuk menghafalkan Al-Qur’an, kemudian Kh Marwan di dawuhi menghafalkan di hadapan KH. Arwani Kudus, yang paling terkesan oleh Hadlratusy Syekh sebelum berangkat ke kudus, Kh Marwan sowan dulu ke Simbah Kyai Siroth Solo masyhur ke’arifannya.
Beliau mendapat dawuh, “Seliramu ngapalke Qur’an sepuluh wulan opo sepuluh tahun ( kamu menghafal qur’an sepuluh bulan apa sepuluh tahun".
Akhirnya beliaupun berfikir, sepuluh bulan ya berat, sepuluh tahun juga berat, sama-sama berat. Singkat cerita Kh Marwan mendapat pertolongan dari Alloh s.w.t. yakni dalam kurun waktu sepuluh bulan,
beliau bisa menghafal al-qur’an dan di lanjutkan qira’ah sab’ah dua tahun di hadapan Simbah KH.
Abdul Wahab Kudus atas restu Simbah KH. Arwani. Dari Kudus inilah, beliau mulai berjuang untuk menegakkan agama IslamPerjuangan tersebut di awali dengan mendirikan Pondok Pesantren di Jragung Demak, konon beliau berkeinginan mendirikan Pondok Pesantren di Sumatra, namun Simbah KH Arwani tidak merestui sehingga Kh Marwan mendirikan Pondok Pesantren di Jragung dengan diberi nama “Roudlothuth Tholibin” dan Alhamdulillah atas restu sang guru, perjuanganpun sampai di Sumatra.
Dari Pondok Pesantren inilah, beliau mulai di kenal masyarakat luas, dari kalangan awam hingga pejabat, semuanya menaruh hormat kepada beliau, karena ilmu dan amalnya yang ikhlas semata – mata karena Alloh, beliau juga terkenal karena tawadlu’nya bahkan setiap ngaji belau sering berkata:
ﺗﻮﺍﺿﻊ ﺗﻜﻦ ﻛﺎﻟﻨﺠﻢ ﻟﺤﺎ ﻟﻠﻨﺎ ﻇﺮ # ﻋﻠﻰ ﻃﺒﺎﻗﻪ ﺍﻟﻤﺎﺀ ﻭﻫﻮ ﺭﻓﻴﻊ
Rendahkan dirimu maka engkau laksana bintang yang bersinar bagi orang yang memandang seperti hamparan air yang selalu diatas walaupun mengalir ke bawah
ﻭﻻﺗﻚ ﻛﺎﻟﺪﺧﺎﻥ ﻳﻌﻠﻮ ﺑﻨﻔﺴﻪ # ﺍﻟﻰ ﻃﺒﺎﻗﻪ ﺍﻟﺠﻮ ﻭﻫﻮ ﻭﺿﻴﻊ
Janganlah kamu seperti asap yang membumbung tinggi dengan sendirinya ke angkasa sedangkan asap itu rendah tak punya arti Dengan tawadlu’ seorang berilmu mendapat derajat yang tinggi di sisi Alloh, dan seperti itulah kepribadian Hadlratusy Syekh mendapat sanjungan “Ora ono kyai seng tawadlu’ zaman saiki, koyo tawadlu’e simbah kyai Marwan ( Tidak ada kyai yang tawadlu’ pada zaman ini seperti tawadlunya simbah kyai Marwan)” kata KH. Achmad Muthohar Mranggen.
Semangat perjuangan yang di miliki Kh Marwan sangat besar, tak pernah surut walau banyak aral yang melintang, banyak sudah buah karya dan pemikiran-pemikiran beliau untuk mengibarkan bendera islam serta ikut andil dalam mencerdaskan bangsa.
Dalam bidang pendidikan formal beliau merintis berdirinya yayasan Miftahul ‘Ulum (MI, Madin, Mts) dan sebelum naik haji Kh Marwan mendirikan SMU, yang kesemuanya di persembahkan untuk masyarakat Jragung Demak khususnya, kaum muslimin pada umumnya.
KH. M. Marwan, AH merupakan ‘Ulama yang berjiwa besar, berwawasan nasional dan menjunjung tinggi nilai-nilai peradapan, sudah pasti cita-citanya yang luhur akan selalu menjadi bukti, sekalipun Kh Marwan telah tiada tapi namanya tetap hidup sapanjang masa.
Beliau wafat pada tanggal 20 Mei 2002 M /6 Rabiul Awal 1423 H. tepat pukul 20.25 WIB. Di RSI Roemani Semarang. Kh Marwan menderita penyakit sejak dari tanah suci seusai menunaikan ibadah haji.Tidak ada seorang yang tahu kapan ajal itu tiba, yang ada hanya firasat atau tanda – tanta yang baru dapat di pahami setelah ajal itu tiba. ketika naik haji kali yang ke 4 pada tahun 2002 tidak seperti yang sebelumnya, beliau memberi wasiat kepada para santri, kepada keluarga khususnya kepada anak mantunya yakni KH. A. Asrori Lathif Alhafidz
“Semongso-mongso aku ono udzur ingkang nerusake pengajian thoriqoh anakku asrori ( Sewaktu-waktu aku ada udzur, maka nanti yang meneruskan pengajian thariqah anakku Asrori” Ini seakan menjadi tanda bahwa Hadlratusy Syekh akan pergi selamanya.
Sekian lama beliau dirawat di rumah sakit tidak pernah mengeluh sedikitpun, namun beliau tetap tawakal kepada Allah s.w.t. Sampailah di hari kamis pada tanggal 17 Mei 2002 M /2 Rabi’ul Awal 1423 H di mana hari itu hari bersejarah menjelang detik- detik terakhir Hadlratusy Syekh sempat mengkhatamkan Al-Qur’an walau dalam keada’an berbaring. Malam harinya kira – kira pukul 02.00 WIB beliau berwasiat kepada para santri “Kabeh santriku tak jaluk tetep istiqamah ono pondok, nderes lan maju menyang Asrori, maju menyang Asrori podo karo maju menyang aku ( Semua santriku saya minta tetap istiqamah di pondok, mengaji dan maju setoran alqur’an kepada Asrori. Maju setoran alqur’an kepada Asrori sama saja seperti maju setoran di hadapanku).
Keada’an beliau sudah sangat kritis sehingga oleh dokter Kh Marwan ditempatkan di ruang intensif. Di ruang inilah beliau kembali berwasiat kepada santri – santri “Aku jalukke ngapuro kabeh santri, aku wis ora biso mulang ( Aku tolong mintakan maaf kepada semua santri, aku sudah tidak bisa mengajar lagi)” Sabtu pagi tanggal 19 Mei 2002 M./4 R, Awal 1423 H. jam 10.00 WIB. Pada hari ahad kondisi Kh Marwan semakin menurun, tepat ba’da magrib malam senin tanggal 20 Mei 2002 M./5 R. Awal 1423 H. beliau berwasiat kepada santri terdekat beliau yang bernama Syarqawi AH. “Syarqawi rene, aku ojo kok tinggal, mengko kiro-kiro jam songo aku arep lungo suwe ( Syarqawi kemarilah, aku jangan kamu tinggalkan, nanti sekitar jam 9 aku akan pergi lama)”.
Dan kenyata’an pukul 20.25 WIB beliau pulang kehadirat Allah s.w.t. Dengan membaca:
ﺍﺳﺘﻐﻔﺮﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﻌﻈﻴﻢ ﺍﻟﺬﻯ ﻻﺍﻟﻪ ﺍﻻﻫﻮﺍﻟﺤﻰ ﺍﻟﻘﻴﻮﻡ ﻭﺍﺗﻮﺏ ﺍﻟﻴﻪ
Demikian akhir dari orang yang sholeh yang dekat dengan Allah s.w.t. seakan-akan beliau mengetahui sesuatu yang bakal terjadi.
Semangat perjuangan yang di miliki Kh Marwan sangat besar, tak pernah surut walau banyak aral yang melintang, banyak sudah buah karya dan pemikiran-pemikiran beliau untuk mengibarkan bendera islam serta ikut andil dalam mencerdaskan bangsa.
Dalam bidang pendidikan formal beliau merintis berdirinya yayasan Miftahul ‘Ulum (MI, Madin, Mts) dan sebelum naik haji Kh Marwan mendirikan SMU, yang kesemuanya di persembahkan untuk masyarakat Jragung Demak khususnya, kaum muslimin pada umumnya.
KH. M. Marwan, AH merupakan ‘Ulama yang berjiwa besar, berwawasan nasional dan menjunjung tinggi nilai-nilai peradapan, sudah pasti cita-citanya yang luhur akan selalu menjadi bukti, sekalipun Kh Marwan telah tiada tapi namanya tetap hidup sapanjang masa.
Beliau wafat pada tanggal 20 Mei 2002 M /6 Rabiul Awal 1423 H. tepat pukul 20.25 WIB. Di RSI Roemani Semarang. Kh Marwan menderita penyakit sejak dari tanah suci seusai menunaikan ibadah haji.Tidak ada seorang yang tahu kapan ajal itu tiba, yang ada hanya firasat atau tanda – tanta yang baru dapat di pahami setelah ajal itu tiba. ketika naik haji kali yang ke 4 pada tahun 2002 tidak seperti yang sebelumnya, beliau memberi wasiat kepada para santri, kepada keluarga khususnya kepada anak mantunya yakni KH. A. Asrori Lathif Alhafidz
“Semongso-mongso aku ono udzur ingkang nerusake pengajian thoriqoh anakku asrori ( Sewaktu-waktu aku ada udzur, maka nanti yang meneruskan pengajian thariqah anakku Asrori” Ini seakan menjadi tanda bahwa Hadlratusy Syekh akan pergi selamanya.
Sekian lama beliau dirawat di rumah sakit tidak pernah mengeluh sedikitpun, namun beliau tetap tawakal kepada Allah s.w.t. Sampailah di hari kamis pada tanggal 17 Mei 2002 M /2 Rabi’ul Awal 1423 H di mana hari itu hari bersejarah menjelang detik- detik terakhir Hadlratusy Syekh sempat mengkhatamkan Al-Qur’an walau dalam keada’an berbaring. Malam harinya kira – kira pukul 02.00 WIB beliau berwasiat kepada para santri “Kabeh santriku tak jaluk tetep istiqamah ono pondok, nderes lan maju menyang Asrori, maju menyang Asrori podo karo maju menyang aku ( Semua santriku saya minta tetap istiqamah di pondok, mengaji dan maju setoran alqur’an kepada Asrori. Maju setoran alqur’an kepada Asrori sama saja seperti maju setoran di hadapanku).
Keada’an beliau sudah sangat kritis sehingga oleh dokter Kh Marwan ditempatkan di ruang intensif. Di ruang inilah beliau kembali berwasiat kepada santri – santri “Aku jalukke ngapuro kabeh santri, aku wis ora biso mulang ( Aku tolong mintakan maaf kepada semua santri, aku sudah tidak bisa mengajar lagi)” Sabtu pagi tanggal 19 Mei 2002 M./4 R, Awal 1423 H. jam 10.00 WIB. Pada hari ahad kondisi Kh Marwan semakin menurun, tepat ba’da magrib malam senin tanggal 20 Mei 2002 M./5 R. Awal 1423 H. beliau berwasiat kepada santri terdekat beliau yang bernama Syarqawi AH. “Syarqawi rene, aku ojo kok tinggal, mengko kiro-kiro jam songo aku arep lungo suwe ( Syarqawi kemarilah, aku jangan kamu tinggalkan, nanti sekitar jam 9 aku akan pergi lama)”.
Dan kenyata’an pukul 20.25 WIB beliau pulang kehadirat Allah s.w.t. Dengan membaca:
ﺍﺳﺘﻐﻔﺮﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﻌﻈﻴﻢ ﺍﻟﺬﻯ ﻻﺍﻟﻪ ﺍﻻﻫﻮﺍﻟﺤﻰ ﺍﻟﻘﻴﻮﻡ ﻭﺍﺗﻮﺏ ﺍﻟﻴﻪ
Demikian akhir dari orang yang sholeh yang dekat dengan Allah s.w.t. seakan-akan beliau mengetahui sesuatu yang bakal terjadi.
ﺍﻧﺎ ﻟﻠﻪ ﻭﺍﻧﺎ ﺍﻟﻴﻪ ﺭﺍﺟﻌﻮﻥ
Pada hari senin 21 Mei 2002 M./6 R. Awal 1423 H desa Jragung bagaikan lautan manusia, mereka datang untuk berta’ziah, memberi hormat terakhir kepada Hadlratusy Syeh KH. M. Marwan,AH. Hari itu juga Jragung cerah tak berawan namun hujan air mata cukup deras membanjiri pondok pesantren Roudlotuth Tholibin. Hadlratusy Syekh dikebumikan untuk selama lamanya, namun setiap waktu tak henti – hentinya para santri dan para peziarah membaca Al – Qur’an di pesarehan beliau, dan semoga kita bisa mengambil suri tauladan darinya amin amin amin ya robbal ‘alamin.
ﺍﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻳﻌﻠﻰ ﺩﺭﺟﺎﺗﻪ ﻓﻰ ﺍﻟﺠﻨﺔ ﻭﻳﻨﻔﻌﻨﺎ ﺑﻪ ﻭﺑﻌﻠﻮﻣﻪ ﻭﻳﻤﺪﻧﺎ
ﺑﺎﺳﺮﺍﺭﻩ ﻭﺍﻧﻮﺍﺭﻩ ﻭﻳﻌﻴﺪ ﻋﻠﻴﻨﺎ ﻣﻦ ﺑﺮﻛﺎﺗﻪ ﻭﻳﺮﺯﻗﻨﺎ ﺑﺒﺮﻛﺎﺗﻪ
ﻭﻳﺤﻔﻈﻨﺎ ﺑﺠﺎﻩ ﻋﻨﺪﺍﻟﻠﻪ ﻓﻰ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﻭﺍﻟﺪﻧﻴﺎ ﻭﺍﻷﺧﺮﻩ … ﺍﻣﻴﻦ
Demikianlah Artikel Kisah teladan KH. M. Marwan, AH jragung Demak
Sekianlah artikel Kisah teladan KH. M. Marwan, AH jragung Demak kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Kisah teladan KH. M. Marwan, AH jragung Demak dengan alamat link https://sebuahteknologi.blogspot.com/2014/01/kisah-teladan-kh-m-marwan-ah-jragung.html