Judul : Menjaga Diri Dari kekasaran kalbu
link : Menjaga Diri Dari kekasaran kalbu
Menjaga Diri Dari kekasaran kalbu
Menjaga Diri Dari kekasaran kalbu
Al-Harits Al-Muhasibi
SEPATUTNYALAH bagi seorang Mukmin ketika dia melihat rain (kekelaman) pada kalbunya sebagai sanksi atas dosa yang dilakukannya; hendaknya dia merasa was-was tatkala Allah menutup kalbunya dengan kekelaman dan kekasaran, kelak akan menjadi tirai penutup (hijab) yang menghalanginya dari perjumpaan (melihat) Allah.
Karena Dia telah memberitahukan bahwa Dia akan menghukum orang yang dikeluarkan dari perlindungan (wilayah)-Nya dengan cara menutup kalbu orang tersebut dari Diri-Nya di dunia, dan akan menutup penglihatan orang itu untuk dapat melihat Keagungan-Nya di akhirat. Maka, Dia Yang Maha Suci lagi Maha Tinggi berfirman:
“Sekali-kali tidak (demikian), sesungguhnya apa yang selalu mereka lakukan telah membuat hati mereka kelam (tertutupi dari nur Allah). Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka pada hari ini benar-benar terhalang dari (melihat) Tuhan,” (Q.s. al-Muthaffifin: 14-15); yang satu mengikuti lainnya, hijab yang bermakna ganda disebut bersamaan dalam ayat hijab (tertutupnya) kalbu di dunia, dan tertutupnya penglihatannya dari memandang Allah di akhirat.
Dan ketika suatu bisikan dari setan terbersit dalam dirinya untuk membuatnya berhenti dari rasa takut (khauf) kepada Allah Yang Maha Agung, hendaklah dia mewaspadai kedua sanksi di atas yang akan menimpanya.
Dan jika setan terus berbisik dengan mengatakan, “Sesungguhnya ayat di atas berkaitan dengan orang-orang kafir.”
Hendaklah dia menampiknya dengan mengatakan, “Sekalipun Dia telah menurunkannya berkaitan dengan orang-orang kafir, maka sesungguhnya Allah tidak memberi jaminan kepada sebagian besar kaum Mukminin bahwa mereka terlepas dari kedua hal tersebut,” dan telah melihat bahwa salah satunya telah menimpa sebagian besar kaum muslimin.
Allah Swt. telah memperingatkan kaum Mukminin, kalau mereka berbuat maksiat, Dia akan menyiksa mereka sebagaimana Dia menyiksa orang-orang kafir. Oleh karena itulah, Dia Swt. berfirman:
“Dan peliharalah dirimu dari api neraka, yang dijanjikan kepada orang-orang kafir.” (Q.s. Ali Imran: 131), artinya: Aku akan menyiksa kalian bersama mereka yang kafir.
Dan Allah sungguh menyebutkan tentang orang-orang kafir pada ayat itu dengan kepastian (mereka berada dalam neraka), kemudian Dia memberitahukan bahwa Dia bermaksud —dengan ayat tersebut— sebagai ancaman (takhwif) bagi hamba-hamba-Nya yang beriman. Dia berfirman:
“Katakanlah, ‘Hanya Allah saja yang aku sembah, den gan memurnikan ketaaran kepada Nya dalam (menjalankan) agamaku.’ Maka sembahlah olehmu (hai orang-orang musyrik) apa yang kamu kehendaki selain Dia. Katakanlah, ‘Sesungguhnya orang-orang yang rugi adalah orang-orang yang merugikan diri mereka sendiri dan keluarganya pada hari kiamat.’ Ingatlah, yang demikian itu adalah kerugian yang nyata. Bagi mereka lapisan-lapisan dari api di atas mereka dan di bawah mereka pun lapisan-lapisan (dari api). Demikianlah, Allah memberi ancaman kepada hamba-hamba-Nya dengan azab itu. Maka, bertakwalah kepada-Ku, wahai hamba-hamba-Ku,” (Q.s. az-Zumar: 14-16), maka Dia memperingatkan mereka akan azab neraka, sebagaimana yang telah menjadi azab bagi orang-orang kafir.
‘Aisyah (semoga Allah meridhainya) berkata:
Adalah Rasulullah Saw. ketika melihat al-muhkhilah (mendung menggumpal) tampak di langit, beliau gelisah dan keluar masuk rumah. Lalu aku bertanya: “Wahai Rasulullah, mengapa engkau tampak gelisah dan keluar-masuk rumah?” Beliau berkata, “Tidak ada yang bisa menjamin bahwa aku akan selamat dari azab sebagaimana yang Allah ‘azza wa-Jalla firmankan. ‘Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, kata mereka, ‘Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami.’ Bukan, bahkan itulah azab yang engkau minta supaya datang dengan segera!” — yaitu angin yang mengandung azab yang pedih. (Q.s. al-Ahqaf: 24).’
Adalah Rasulullah Saw. ketika melihat al-muhkhilah (mendung menggumpal) tampak di langit, beliau gelisah dan keluar masuk rumah. Lalu aku bertanya: “Wahai Rasulullah, mengapa engkau tampak gelisah dan keluar-masuk rumah?” Beliau berkata, “Tidak ada yang bisa menjamin bahwa aku akan selamat dari azab sebagaimana yang Allah ‘azza wa-Jalla firmankan. ‘Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, kata mereka, ‘Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami.’ Bukan, bahkan itulah azab yang engkau minta supaya datang dengan segera!” — yaitu angin yang mengandung azab yang pedih. (Q.s. al-Ahqaf: 24).’
Sayyidina Umar (semoga Allah meridhainya) berkata, “Tidakkah kalian melihat bahwa aku berhenti menjalani hidup dalam kemewahan?” Dan beliau juga pernah berkata kepada pelayannya, “Tuangkan bubur tepung dan minyak sapi itu dengan air, karena sesungguhnya ia dapat menetralisir panasnya minyak. Sesungguhnya aku telah mendengar Allah azza wa-Jalla merubah suatu kaum, maka Dia berfirman, ‘Engkau telah menghabiskan rezekimu yang baik dalam kehidupan duniawimu saja’. (Q.s. al-Ahqaf: 20).”
Dengan alasan tersebut, beliau memperingatkan orang yang terjerumus dalam syahwat akan mengalami azab yang menimpa orang-orang kafir, dan orang-orang Mukmin belum tentu terjamin aman dari ancaman itu.
Karenanya, suatu kewajiban bagi orang-orang beriman agar takut bila (kelak) mereka akan disatukan dalam kehinaan dan azab bersama orang-orang kafir.
by; sufinews.com
by; sufinews.com
Demikianlah Artikel Menjaga Diri Dari kekasaran kalbu
Sekianlah artikel Menjaga Diri Dari kekasaran kalbu kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Menjaga Diri Dari kekasaran kalbu dengan alamat link https://sebuahteknologi.blogspot.com/2013/07/menjaga-diri-dari-kekasaran-kalbu.html